Minggu, 07 April 2019

lika liku cinta ala pesantren

Ia seorang hafizah. Penghafal 30 juz Alquran. Sudah mulai menghafal Alquran sejak mentas dari SMA pada 2006 dan dinyatakan sebagai seorang hafizah setelah enam bulan memutuskan menikah dengan lelaki yang dicintainya.

Pernikahan sang hafizah ini terjadi pada 22 April 2011 di Pesantren Nurul Chusna, Wonosobo, Jawa Tengah. Tidak ada undangan yang tersebar atas namanya; Siti Muslikhah, dan nama suaminya; Fuad Muchozin. Saat itu usia Muslikhah baru 24 tahun dan Fuad, suaminya, satu tahun lebih muda.

Acara berlangsung sangat sederhana, tapi terasa khidmat dan sakral. Sekalipun yang datang hanya keluarga dekat, pernikahan tetap istimewa. Ini karena pengasuh pesantren tempat Muslikhah belajar jadi sosok yang menikahkan keduanya. Bagi seorang santriwati, ini jelas sebuah kehormatan besar.

“Ya, ingin mengurangi maksiat saja. Biar ngajiku ndak kacau. Biar pacarannya halalan toyyiban,” kenang Muslikhah saat ditanya apa alasannya memutuskan untuk menikah muda.

Saat itu, sang suami sudah bekerja sebagai teknisi PLN di Semarang, Jawa Tengah. Hampir setiap seminggu sekali Fuad akan berkunjung ke Wonosobo untuk sekadar bertemu atau ngobrol dengan orang yang diakuinya bukan pacar, “Bukan pacar itu, tapi calon istri,” katanya.

Kadang Muslikhah sampai tidak enak hati karena dikunjungi oleh teman laki-lakinya di pesantren. “Pernah dulu, suamiku dari Semarang ke Wonosobo cuma buat ngasih kado ulang tahun terus balik lagi,” kata perempuan yang kini berusia 29 tahun, “kan kasihan,” tambahnya.

Sampai pada akhirnya atas kesepakatan kedua keluarga, Muslikhah dan Fuad sama-sama sowan ke kiai untuk dinikahkan di pesantren tersebut. Padahal Muslikhah belum selesai mengkhatamkan hafalannya. Agar mendapat restu, keduanya berjanji, setelah menikah Muslikhah tetap akan melanjutkan ngajinya selama setengah tahun sampai sah dinyatakan sebagai hafizah. Sebuah syarat agar keduanya bisa benar-benar hidup bersama layaknya suami istri.

Infografik Menjalin Cinta di Pesantren


Di pesantren, intensitas pertemuan dengan lawan jenis memang sangat minim, tapi itu tidak berarti bahwa seorang santri tidak bisa kenal dengan santriwati atau sebaliknya. Di Pesantren Darussalam Gontor, Jawa Timur misalnya. Lokasi santri dengan santriwati terpisah jarak lebih dari 100 km.

“Syarat atau wasiat dari Kiai Imam Zarkasyi (Pendiri Pondok Gontor), salah satunya adalah jarak antara pondok putra dengan pondok putri harus 100 km atau lebih,” jelas Munir Abdillah yang merupakan alumni Gontor angkatan 2007.

Inilah yang menjadi sebab kenapa Pondok Putra Gontor berada di Ponorogo sedangkan Pondok Putri Gontor ada di Ngawi, Jawa Timur. Wasiat ini memang untuk menanggulangi kisah asmara antara santriwan dan santriwati. Meski bagaimanapun, dalam usia remaja, seketat apapun peraturan maupun jarak, cukup banyak santri yang pada akhirnya tetap memiliki hubungan khusus.

Penasaran bagaimana seorang santriwan bisa kenal dengan santriwati dalam dunia pesantren, saya sempat bertanya kepada Muslikhah bagaimana bisa kenal dengan sang suami?

“Kenal waktu dulu masih satu pesantren di Solo,” ujar perempuan yang kini tinggal di Rembang. Saat masih sekolah dari SMP sampai SMA keduanya satu almamater. “Ya, udah jalan begitu saja. Tahu-tahu dekat. Ndak ada itu proses tembak-tembakan.”

Fuad dan Muslikhah menjalin hubungan khusus ini dengan hati-hati sejak 2005. Pertemuan hanya bisa dilakukan pada jam sekolah, sebab ketika sudah kembali ke pondok, akses keduanya terpisah. Agar komunikasi tetap terjalin, biasanya Muslikhah akan memberikan sebuah buku yang akan jadi bagian dari rahasia mereka berdua. Di buku itulah komunikasi yang sebenarnya terjadi.

Situasi ini tentu berbeda dengan yang terjadi antara santriwan dan santriwati Gontor. Faktor terpisah oleh jarak yang jauh, para santriwan dan santriwati tidak pernah bertemu, hubungan khusus hampir mustahil bisa terjalin. Namun, bukan berarti cerita cinta tidak pernah ada. Rialatin Kunti misalnya, ibu satu anak ini pada akhirnya dipertemukan dengan suami yang sama-sama santri Gontor satu angkatan.

Keduanya dipertemukan oleh program pengabdian Gontor selama satu tahun. “Ketemu di Kendari, Sulawesi Selatan, masa tugas setelah lulus (Madrasah) Aliyah,” tutur perempuan berusia 28 tahun ini.

Gontor memang memiliki program yang mewajibkan santrinya untuk dikirim ke pesantren-pesantren terpencil. Seperti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di kampus umum, para santri diwajibkan mengembangkan pesantren yang menjadi lokasi tujuan. Di sanalah Kunti bertemu dengan Muhammad Puji, teman santri yang kemudian menikahinya pada 2015.

Berbeda dengan Nurul Arifah Putri, santri Pondok Pesantren Al-Asy’ariah, Wonosobo ini mengakui, bahwa seketat apapun peraturan, perasaan suka kepada lawan jenis memang sulit diredakan. Bahkan sekalipun itu terpisahkan oleh tembok pesantren. Sama seperti Muslikhah, sekalipun Nurul terpisah dalam komplek yang berbeda, ia masih bisa bertemu dengan santri yang dicintainya, Ardi Bramafiadhe, saat jam istirahat sekolah.

Di Pesantren Al-Asy’ariah, karena lokasi sekolah cukup jauh dari gedung pondok, pertemuan bisa lebih bebas. Bahkan kadang keduanya sering janjian keluar menuju ke taman kota untuk sekadar bertemu dan ngobrol. Aktivitas yang mungkin terkesan biasa saja ini bisa sangat terasa istimewa bagi seorang santri. Begitu lulus pada 2006, dua tahun kemudian Nurul dan Ardi akhirnya menikah.

Hubungan khusus antar santri ini bukannya tidak pernah diketahui oleh para pengurus pondok atau bahkan dari pihak pengasuh pesantren. Terkadang, para pengurus masih mentolerir untuk batas-batas tertentu. “Ya itu lumrah saja. Namanya juga remaja,” ujar Gus Ali Hifni, cucu dari Pendiri Pondok Pesantren Pandanaran, Yogyakarta. “Yang salah itu kadang caranya,” tambahnya.

Jika ketahuan janjian di luar pondok, hukuman yang menanti tidak main-main. “Digundul di halaman pesantren depan masjid, dikalungin tulisan ; ‘saya pacaran’. Itu buat yang cowok. Kalau santriwati bisa disuruh nyuci semua baju kotor satu pondok putri,” ujar Sayyidah Asiyah, santri Pesantren Darul Qudus Salam, Salatiga, Jawa Tengah.

Hal yang sudah dianggap melampaui batas di sini salah satunya adalah sengaja janjian di luar lingkungan pesantren. Pada batas maksimum, hukuman bisa sampai dipanggil orang tua yang bersangkutan sampai dikeluarkan secara tidak hormat.

Asiyah sendiri pun tidak menampik, bahwa perasaan suka adalah fitrah dari para santri. Perempuan berusia 29 tahun ini mengakui, bahwa suaminya sendiri adalah sosok yang dikenalnya saat dulu masih nyantri dan pernah memiliki hubungan khusus sebelum akhirnya menikah. Sang suami itu kemudian menulis catatan yang sedang Anda baca saat ini.

Baca juga artikel terkait PESANTREN atau tulisan menarik lainnya Ahmad Khadafi
(tirto.id - Sosial Budaya)

Reporter: Ahmad Khadafi
Penulis: Ahmad Khadafi
Editor: Suhendra

asal usul berdirinya pesantren

Sejarah Perkembangan Pesantren

Ada dua versi pendapat mengenai asal usul dan latar belakang berdirinya pesantren di Indonesia, yaitu: [1]

Pertama, pendapat yang menyebutkan bahwa pesantren berakar pada tradisi Islam sendiri, yaitu tarekat. Pesantren mempunyai kaitan yang erat dengan tempat pendidikan yang khas bagi kaum sufi. Pendapat ini berdasarkan fakta bahwa penyiaran Islam di Indonesia pada awalnya lebih banyak dikenal dalam bentuk kegiatan tarekat. Hal ini ditandai oleh terbentuknya kelompok organisasi tarekat yang melaksanakan amalan-amalan zikir dan wirid tertentu. Pemimpin tarekat yang disebut Kiai itu mewajibkan pengikutnya untuk melaksanakan suluk, selama empat puluh hari dalam satu tahun dengan cara tinggal bersama, sesama anggota tarekat dalam sebuah masjid untuk melaksanakan ibadah-ibadah dibawah bimbingan Kiai. Untuk keperluan suluk ini para Kiai menyediakan ruangan khusus untuk penginapan dan tempat-tempat khusus yang terdapat di kiri kanan masjid. Disamping mengajarkan amalan-amalan tarekat, para pengikut itu juga diajarkan agama dalam berbagai cabang ilmu pengetahuaan agama Islam. Aktifitas yang dilakukan oleh pengikut-pengikut tarekat ini kemudian dinamakan pengajian. Dalam perkembangan selanjutnya lembaga pengajian ini tumbuh dan berkembang menjadi lembaga Pesantren.

Pendapat yang kedua adalah, pesantren yang kita kenal sekarang ini pada mulanya merupakan pengambil alihan dari sistem pesantren yang diadakan oleh orang-orang Hindu di Nusantara. Kesimpulan ini berdasarkan fakta bahwa jauh sebelum datangnya Islam ke Indonesia lembaga pesantren sudah ada di negeri ini. Pendirian pesantren pada masa itu dimaksudkan sebagai tempat mengajarkan agama Hindu dan tempat membina kader. Anggapan lain mempercayai bahwa pesantren bukan berasal dari tradisi Islam alasannya adalah tidak ditemukannya lembaga pesantren di negara-negara Islam lainnya, sementara lembaga yang serupa dengan pesantern banyak ditemukan dalam masyarakat Hindu dan Budha, seperti di India, Myanmar dan Thailand.

Pesantren di Indonesia baru diketahui keberadaan dan perkembangannya setelah abad ke 16. Pesantren-pesantren besar yang mengajarkan berbagai kitab Islam klasik dalam bidang fikih, teologi dan tasawuf. Pesantren ini kemudan menjadi pusat-pusat penyiaran Islam seperti; Syamsu Huda di Jembrana (Bali), Tebu Ireng di Jombang, Al Kariyah di Banten, Tengku Haji Hasan di Aceh, Tanjung Singgayang di Medan, Nahdatul Watan di Lombok, Asadiyah di Wajo (Sulawesi) dan Syekh Muhamad Arsyad Al-Banjar di Matapawa (Kalimantan Selatan) dan banyak lainnya.

Walaupun setiap pesantren mempunyai ciri yang khas, namun ada 5 prinsip dasar pendidikannya, yang tetap sama yaitu;
  1. Adanya hubungan yang akrab antara santri dan Kiai
  2. Santri taat dan patuh kepada Kiainya, karena kebijaksanaan yang dimiliki oleh Kiai
  3. Santri hidup secara mandiri dan sederhana
  4. Adanya semangat gotong royong dalam suasana penuh persaudaraan
  5. Para santri terlatih hidup berdisiplin dan tirakat.
Pondok Pesantren Dahulu

Dalam catatan sejarah, Pondok Pesantren dikenal di Indonesia sejak zaman Walisongo. Ketika itu Sunan Ampel mendirikan sebuah padepokan di Ampel Surabaya dan menjadikannya pusat pendidikan di Jawa. Para santri yang berasal dari pulau Jawa datang untuk menuntut ilmu agama. Bahkan di antara para santri ada yang berasal dari Gowa dan Talo, Sulawesi. [2]

Pesantren Ampel merupakan cikal bakal berdirinya pesantren-pesantren di Tanah Air. Sebab para santri setelah menyelesaikan studinya merasa berkewajiban mengamalkan ilmunya di daerahnya masing-masing. 

Kesederhanaan pesantren dahulu sangat terlihat, baik segi fisik bangunan, metode, bahan kajian dan perangkat belajar lainnya. Hal itu dilatarbelakangi kondisi masyarakat dan ekonomi yang ada pada waktu itu. Yang menjadi ciri khas dari lembaga ini adalah rasa keikhlasan yang dimiliki para santri dan sang Kyai. Hubungan mereka tidak hanya sekedar sebagai murid dan guru, tapi lebih seperti anak dan orang tua. Tidak heran bila santri merasa kerasan tinggal di pesantren walau dengan segala kesederhanaannya.
Bentuk keikhlasan itu terlihat dengan tidak dipungutnya sejumlah bayaran tertentu dari para santri, mereka bersama-sama bertani atau berdagang dan hasilnya dipergunakan untuk kebutuhan hidup mereka dan pembiayaan fisik lembaga, seperti lampu, bangku belajar, tinta, tikar dan lain sebagainya.

Materi yang dikaji adalah ilmu-ilmu agama, seperti fiqih, nahwu, tafsir, tauhid, hadist dan lain-lain. Biasanya mereka mempergunakan rujukan kitab turost atau yang dikenal dengan kitab kuning. Di antara kajian yang ada, materi nahwu dan fiqih mendapat porsi mayoritas. Ha litu karena mereka memandang bahwa ilmu nahwu adalah ilmu kunci. 

Seseorang tidak dapat membaca kitab kuning bila belum menguasai nahwu. Sedangkan materi fiqih karena dipandang sebagai ilmu yang banyak berhubungan dengan kebutuhan masyarakat (sosiologi). Tidak heran bila sebagian pakar menyebut sistem pendidikan Islam pada pesantren dahulu bersifat “fiqih orientied” atau “nahwu orientied”.

Masa pendidikan tidak tertentu, yaitu sesuai dengan keinginan santri atau keputusan sang Kyai bila dipandang santri telah cukup menempuh studi padanya. Biasanya sang Kyai menganjurkan santri tersebut untuk nyantri di tempat lain atau mengamalkan ilmunya di daerah masing-masing. Para santri yang tekun biasanya diberi “ijazah” dari sang Kyai.

Lokasi pesantren model dahulu tidaklah seperti yang ada kini. Ia lebih menyatu dengan masyarakat, tidak dibatasi pagar (komplek) dan para santri berbaur dengan masyarakat sekitar. Bentuk ini masih banyak ditemukan pada pesantren-pesantren kecil di desa-desa Banten, Madura dan sebagian Jawa Tengah dan Timur.

Pesantren dengan metode dan keadaan di atas kini telah mengalami reformasi, meski beberapa materi, metode dan sistem masih dipertahankan. Namun keadaan fisik bangunan dan masa studi telah terjadi pembenahan.

Cikal-Bakal dan Sejarah Pesantren

Menurut KH. Muchit Muzadi dalam bukunya Mengenal Nahdlatul Ulama bahwa lahirnya pesantren merupakan sebuah keniscayaan dari penyebaran Islam di Nusantara ini. Setelah para penyebar Islam yang kemudian disebut Muballig itu berhasil meng-Islam-kan sebagian masyrakat, maka selanjutnya mereka pempersiapkan kader untuk menjutkan perjuangan mereka dalam menyebarkan agama Islam. Para kader itu dibina secara khusus. Mereka selalu berada di sisi Muballig. Mereka menadapat ilmu serta ketauladanan. Muballig dan para kader bersama-sama membina umat atau masyarakat. Muballig yang membimbing para kader itu kemudian oleh masyarakat disebut kiai, sedangkan para kader itu disebut santri. Inilah cikal bakal pesantren, lembaga pendidikan Islam yang pertama kali ada di Indonesia.

Sejak awal berdirinya, kehadiran pesantren di tengah-tengah masyarakat Nusantara ini hanya diproyeksikan sebagai sebuah sarana dakwah dan pendidikan Islam. Dengan tujuan supaya para santri mengetahui dan memahami apa saja yang telah diwahyukan Allah pada Muhammad Rasulullah Saw. Dengan demikian, para santri diharapkan mempunyai kesadaran yang tinggi dalam memaksimalkan dua tugas utamanya sebagai manusia. Pertama, sebagai ‘Abdu Allah (penyembah Allah). Kedua sebagai Khalifatu fi al-ardl (wakil Allah di bumi; sebagai pengelola semesta).

Sebagai hamba, mereka diharapkan menjadi pribadi mukmin sejati yang hanya menyembah, mengabdi dan menuju kepada Allah saja. Bukan mengabdi pada hawa nafsu, keinginan individu dan ambisi yang akan menjatuhkan derajat dirinya sebagai manusia menjadi pribadi binatang yang rakus.

Sebagai wakil Allah di bumi ini, mereka diharapkan mampu berpartipasi aktif mengelola dan memberdayakan keluarga, masyarakat, lingkungan dan negara bahkan semesta. Tentunya hal ini harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab, keikhlasan dan keadilan. Bukan malah menjual, membohongi dan mengorbankan masyarakatnya demi kepentingan individu dan golongan.
.
Alhamdulillah, sejarah mencatat bahwa pendidikan di pesantren dengan ciri khas kitab kuningnya yang disertai metode klasik masih terus berlangsung dengan sangat efektif dan eksis. Out-put nya pun juga dinyatakan sebagai generasi umat yang dapat dibanggakan. Dalam rangka mempertahankan “jiwanya” ini maka pesantren selalu melestarikan tradisi baca kitab kuning dengan semarak. Inilah potret pesantren zaman dulu yang hanya mengajarkan kitab kuning saja.

Sikap yang Harus Dimiliki Santri dan Alumni Pesantren

Untuk menanggulangi semua itu, paling tidak ada tiga sikap yang harus ada pada diri santri dan alumni pondok pesantren:

1. Sikap ilmiah santri
Dalam menyikapi perkembangan pesantren yang pesat ini, sebagai pencari ilmu, santri harus menuntut ilmu sebanyak-banyaknya sesuai dengan kemampuan dan tingkatannya masing-masing tanpa memandang jenis ilmu. Silakan tuntut ilmu apa saja. Karena semua ilmu akan membawa kebaikan pada pemiliknya selama tidak disalah gunakan. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa ilmu itu ada yang harus didahulukan untuk dipelajari dari pada ilmu yang lain.

Dalam hal menuntut ilmu perhatian Rasulullah saw. sangat serius. Beliau bersabda:
من سلك طريقا يطلب فيه علملما سلك الله به طريقا إلى الجنة
“Barang siapa menempuh suatu jalan yang di dalamnya terdapat ilmu maka sesungguhnya orang itu telah diperjalankan oleh Allah menuju surga” (HR. Muslim).

Dalam kesempatan yang berbeda beliau bersabda:
باب من العلم يتعلمه الرجل خير له من الدنيا وما فيها
”Satu bab ilmu yang dipelajari seseorang itu lebih baik dari pada dunia dan isinya”. (HR. Ibnu Hibban).

Ibnu Abbas berkata: “Aku merendahkan diri ketika mencari ilmu. Lalu aku menjadi mulia dan terhormat ketika sudah mendapatkannya. Apa yang dikatakan Ibnu Abbas di atas merupakan isyarat kepada para pencari ilmu supaya berpola hidup sederhana dalam menuntut ilmu. Sederhana dalam pakaian, makanan, minuman, pergaulan dan lain-lain, tidak perlu terlalu mewah. Karena kemewahan banyak mengantarkan pada kegagalan. Tinggalkanlah kemewahan dan kemuliaan itu. Biarlah ia datang setelah kita mendapatkan ilmu. Percayalah ia pasti datang. Allah berfirman:

يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات المجادلة
“Allah pasti akan mengangkat beberapa derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu”. (Q.S. Al-Mudajalah: 11)

2. Sikap kultural santri
Perkembangan ini patut untuk diapresiasi dan disyukuri. Namun yang tak kalah pentingnya juga budaya yang menjadi ciri khas santri harus tetap dirayakan dan dipertahankan. Jangan sampai perkembangan ini menggeser budaya santri yang selama ini bisa dibanggakan. Seperti hubungan saling membantu antara sesama santrinya (bukan malah saling meninggalkan untuk berkomunikasi). Hubungan santri dengan guru. Dan hubungan santri dengan masyarakat. “Akhlakul karimah harus terus diperjuangkan.”

3. Sikap Ke-hamba-an Santri
Renungan yang mesti dijalankan di dalam hati, akal dan pikiran santri adalah bagaimana ilmu yang ada pada dirinya benar-benar menjadi ilmu yang dicita-citakan oleh Rasulullah. Yaitu ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu (apa saja) yang bisa mengantarkan manusia sampai pada Allah Tuhan semesta alam. Oleh sebab itu Nabi sering berdo’a dalam rangka mengajari umatnya dengan do’a: ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-MU dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’ dan amal yang tidak dikabulkan. Harapan kita semua adalah, santri bisa sampai pada Allah dengan ilmu yang mereka kuasai. Sehingga nantinya, ada santri yang samapai pada Allah dengan ilmu Nahwu-Sharraf yang mereka kuasai. Ada yang sampai pada Allah dengan ilmu Fiqh-Ushul fiqh. Ada yang sampai pada Allah dengan ilmu Matematika, dengan ilmu ekonomi, dengan ilmu pendidikan, dengan ilmu Kimia, dengan ilmu Fisika, dengan ilmu Bahasa, dengan ilmu Tata Negara, dengan ilmu komputer, dengan ilmu Seni, dengan ilmu kedokteran, kebidanan dan ilmu-ilmu lain yang tak mungkin disebutkan semua di sini. Begitu juga dengan konsekuensi ilmu yang berupa jabatan, kedudukan ataupun pangkat, diharapkan bisa mengantarkan dirinya pada Allah. Paling tidak dengan cara tidak mencintai jabatan, kedudukan maupun pangkat yang mereka sandang. Di dalam Ihya’ Ulumiddin Imam Al-Ghazali menukil perkataan Imam Syafi’i bahwa “Barang siapa yang mengaku bahwa ia bisa mengumpulkan di dalam hatinya antara cinta pada dunia dan cinta pada Dzat yang menciptakan dunia maka ia telah berbohong”.

Paling tidak ada dua tawaran cara supaya seseorang bisa sampai kepada Allah dengan ilmu yang telah dimilikinya. Pertama adalah menundukkan, menghambakan diri dan menuju bersama-sama dengan ilmunya kepada Allah. Kedaua selalu berkomunikasi secara intens antara dirinya dengan ilmunya. Karena dengan adanya komunikasi tersebut ilmu akan bertambah dan akan lebih mantap. Dengan tambahan dan kemantapan ilmunya ini seseorang diharapkan akan lebih mengenal Allah. Inilah yang disebut dengan ilmu yang bermanfaat. Yang pada akhirnya, seseorang akan sampai pada suatu kondisi batin di mana dirinya dan ilmunya hanya milik Allah. Kondisi agung ini akan semakin meningkat dahsyat tanpa batas sesuai tingkat ketundukan dan penghambaanya kepada Allah. Wallahua’lam.

11 pondok terbaik

Kehadiran berbagai pondok pesantren di Indonesia menjadi daya tarik tersendiri. Mulai dari kegiatannya hingga aktivitas para santri yang berasal dari berbagai daerah. Kali ini IDN Times menyajikan pondok pesantren terkeren di Indonesia. Pondok-pondok ini bikin kamu ingin jadi santri, deh. Apa saja?

1. Pondok Pesantren Langitan

11 Pondok Pesantren Terkeren yang Bikin Kamu Pengin Jadi Santri5antri.blogspot.sg
Pondok pesantren Langitan merupakan pondok pesantren tertua di Indonesia, yakni pada tahun 1852. Wah! Jauh Indonesia sebelum merdeka ya guys? Terletak di Tuban, Jawa Timur, pondok pesantren ini berdiri kokoh di atas tanah selauas tujuh hektar.

2. Pondok Pesantren GONTOR

11 Pondok Pesantren Terkeren yang Bikin Kamu Pengin Jadi Santripondok-modern-darussalam-gontor.blogspot.sg
Salah satu pondok pesantren yang menerapkan sebagai pondok pesantren modern (pondok yang mengajarkan ilmu-ilmu konvensional tanpa meninggalkan nilai-nilai keislamannya). Seiring dengan pondok pesantren Langitan sebagai pondok pesantren tertua, pondok pesantren Gontor berdiri pada tahun 1926 di Ponorogo, Jawa Timur. Didirikan oleh tiga bersaudara putra Kiai Santoso Anom Besari. Tiga bersaudara ini adalah KH Ahmad Sahal, KH Zainudin Fananie dan KH Imam Imam Zarkasy dan yang kemudian dikenal dengan istilah Trimurti.

3. Pondok Pesantren Daar El-Qolam

11 Pondok Pesantren Terkeren yang Bikin Kamu Pengin Jadi Santrifirmanupdate.wordpress.com
Kabupaten Tangerang punya pondok pesantren terbesar sedaerah Banten, bersasarkan jumlah santrinya. Bayangin, di tahun 2009 aja ada ada 4298 jiwa! Pondok Pesantren Daar El-Qolam dibangun pada tanggal 20 Januari 1968.

4. Pondok Pesantren DARUNNAJAH

11 Pondok Pesantren Terkeren yang Bikin Kamu Pengin Jadi Santripostkotapontianak.com
Cikal bakal adanya pondok pesantren Darunnajah ialah didirikan Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Islam (YKMI), pada tahun 1960 kawasan Jakarta ini menjadi salah satu pondok pesantren yang paling diminati.

5. Pondok Pesantren Tebuireng

11 Pondok Pesantren Terkeren yang Bikin Kamu Pengin Jadi Santritempo.co
Kalau kamu mengenal presiden Indonesia keempat, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), pasti kamu udah gak asing lagi mendengar nama pondok pesantren yang satu ini. Pendirinya adalah KH. Hasyim Asy’arie dan dibangun pada tahun 1899. Berada di kabupaten Jombang, Pesantren Tebuireng telah banyak memberikan konstribusi dan sumbangan kepada masyarakat luas baik, terutama dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia.

6. Pondok Pesantren Al Ihya Ulumuddin

Lanjutkan membaca artikel di bawah
11 Pondok Pesantren Terkeren yang Bikin Kamu Pengin Jadi Santrial-ihyakesugihan.blogspot.sg
Karena letaknya yang berada di desa kesugihan, kecamatan kesugihan, kabupatan Cilacap nama pondok pesantren Al Ihya Ulumuddinlebih dikenal dengan sebutan pondok pesantren kesugihan. Ingat! Kesugihan ya... bukan pesugihan. Hehehe. Pondok pesantren ini tergolong tertua juga, yakni didirikan pada 24 November 1925.

7. Ponpes Asy Syafi’iah Nahdatul Wathon

11 Pondok Pesantren Terkeren yang Bikin Kamu Pengin Jadi Santrimasirul.com
Pada awalnya Ponpes Asy Syafi’iah Nahdatul Wathon hanya khusus untuk pendidikan kaum pria. Namun, seiring berjalannya waktu, didirikanlah madrasah yang juga khusus untuk kaum wanita. Tanggal 22 Agustus 1934 merupakan awal tonggak berdirinya pondok pesantren pesantren yang berada di Lombok ini.

8. Pondok Pesantren Al Mukmin

11 Pondok Pesantren Terkeren yang Bikin Kamu Pengin Jadi Santrivoaindonesia.com
Jika ada tiga serangkai, maka pondok Pesantren Al Mukmin adalah sebuah pesantren di Ngruki, Solo yang didirikan oleh “enam serangkai”, yaitu Abdullah Sungkar, Abu Bakar Ba’asyir, Yoyok Rosywadi, Abdullah Baradja, Abdul Qohar H. Daeng Matase dan Hasan Basri. Uniknya unit dakwah dari pondok pesantren ini awalnya adalah sebuah siaran radio non-komersial.

9. Pondok Pesantren Al Khairaat

11 Pondok Pesantren Terkeren yang Bikin Kamu Pengin Jadi Santrialkhoirot.wordpress.com
Satu-satunya pondok pesantren yang memiliki cabang lebih dari 1800 madrasah dan sekolah, terdiri dari TK, SD, SMP, SMA, SMK, MI, MTS, MA, hingga Universitas. Keren!

10.Pondok Pesantren Putri Al Kenaniyah

11 Pondok Pesantren Terkeren yang Bikin Kamu Pengin Jadi Santripendidikanislam.id
Pondok pesantren ini diresmikan pada tanggal 16 Januari 1944 M, oleh para Alim Ulama, diantaranya adalah mantan presiden RI kempat, KH. Abdurrahman Wahid, KH. Syamsuri Badawi dan KH. Zayadi Muhajir serta beberapa tokoh masyarakat disekitar Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur.

11. Pondok Pesantren La Tansa

11 Pondok Pesantren Terkeren yang Bikin Kamu Pengin Jadi Santrihamdanajarnyantri.blogspot.sg
La Tansa. Unik bukan nama pesantrennya? Pondok Pesantren La Tansa adalah sebuah pondok pesantren modern yang terletak di daerah Parakansantri, Cipanas, Lebak, Banten.
Pondok-pondok pesantren tersebut selain mengajarkan ilmu agama, juga mengajarkan ilmu dunia. Pas deh! Kehidupan dunia dapat, kehidupan akhirat dapat

15 fakta unik santri

15 Fakta (Unik) Kebiasaan Ini Hanya Santri Yang Pernah Merasakannya

FAKTA UNIK KEBIASAAN SANTRI – Apa yang ada di benak pikiran kamu saat mendengar kata santri? Pasti yang kamu pikirkan diantaranya seperti santri itu mengaji, santri itu sholat berjama’ah, santri itu berpakaian menutup aurat.
Sebenarnya, semua hal yang kamu pikirkan tentang santri itu merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan juga bagi kamu yang bukan santri, karena sebagai umat Islam sudah seharusnya kita menaati perintah Allah.swt. dan menjauhi larangan-Nya. Seperti yang dikatakan KH. Mustofa Bisri.

SANTRI
bukan yang mondok saja
tapisiapa pun yang berakhlak seperti santri,
dialah
SANTRI
KH. MUSTOFA BISRI

Namun, dengan kamu masuk pesantren dan menjadi santri, kamu akan lebih optimal dalam melaksanakan hal-hal itu, karena kamu berada pada lingkungan yang religius. Tapi jangan dikira santri tidak bisa bergaul dan bereksplorasi.
Simak yuk ya Akhi wa Ukhti, 13 fakta unik kebiasaan di pesantren yang bakal kamu rindukan setelah menjadi alumni.

FAKTA UNIK KEBIASAAN SANTRI

1. Santri Tidak Hanya Bisa Mengaji

Santri
deweezz.com
Jika orang di luar sana masih menganggap bahwa santri itu cuma bisa mengaji, itu salah! Di pesantren, santri bisa menuangkan kreativitasnya dalam bergaul dan bereksplorasi. Kamu bisa mengikuti ekstrakurikuler yang ada di pesantren dan kamu bisa menampilkan bakat di setiap ada acara atau perlombaan tertentu.

2. Peraturan Bisa Membuat Santri Jadi Paranoid

Santri
deweezz.com
Memang tidak jarang orang paranoid akan tekanan atau peraturan yang ada di pesantren, sehingga memiliki rasa ketakutan untuk menjadi santri atau ingin segera keluar bagi yang sudah terlanjur menjadi santri.
Di setiap pesantren pasti ada peraturan, yang mana peraturan itu bisa membuat kamu resah dan tidak nyaman tinggal di pesantren. Berdasarkan pengalaman Saya pribadi, saat pertama kali masuk pesantren memang takut akan peraturan-peraturan yang mengerikan itu. Namun, itu hanya saat dibayangkan saja, pada realitanya Alhamdulillah Saya menikmati dan waktu 6 tahun Saya habiskan di pesantren.

3. Melanggar Peraturan Tak Selamanya Buruk

Santri
deweezz.com

Pada dasarnya melanggar peraturan itu memang tidak baik. Tapi menurut Saya pribadi, kamu akan mendapatkan pelajaran yang besar saat melakukan itu, yaitu pengalaman. Yang Saya rasakan saat dulu di pesantren, enggak melanggar itu hambar. Kenapa hambar? ya karena kamu mengikuti alur yang ada, tidak pernah ingin mencoba sesuatu yang baru.
Tapi bukan maksud Saya mengajari kalian untuk melanggar. Ingin mencoba silakan, tapi ingat! Setelah melakukan jangan lupa ucapkan Istighfar lalu tinggalkan, jangan mengulangi lagi. Boleh mengulangi, tapi cari pelanggaran yang lain ya. hehe anti mainstream.

4. Hukuman Beraneka Ragam

Santri
deweezz.com
Berkaitan dengan peraturan, sudah pasti ada sebuah hukuman bagi santri yang melanggar peraturan. Pada umumnya, tingkat hukuman di pesantren itu ada 3, yaitu ringan, sedang, dan berat. Hukuman diberikan dengan meninjau pelanggaran apakah yang dilakukan, karena pelanggaran juga dikategorikan ringan, sedang, dan berat.
Hukuman ringan contohnya dikaryakan, seperti ditegaskan untuk menghafal surat-surat Alqur’an atau menulis lafadz Istighfar sebanyak seribu kali. Untuk hukuman sedang contohnya seperti digundul, dipulangkan sementara, menanggung beban tugas piket. Sedangkan untuk hukuman berat itu santri dipanggil orang tuanya dan dipulangkan selamanya. Alhamdulillah hukuman ringan dan sedang Saya sudah pernah merasakan. Hihi.

5. Satu Piring Berdua

Santri
deweezz.com
Satu piring berdua. Bukan lagunya Ida Laila ya! Satu piring berdua ini merupakan istilah yang menggambarkan cara makan santri. Memang benar bahwa santri itu makan dengan porsi satu piring berdua, bahkan ada yang memakai satu nampan untuk berempat hingga berlima.
Di saat momen seperti itu, santri itu bukan mencari kekenyangan, tapi mereka mencari arti kebersamaan dalam hidup berjama’ah. Jadi ya masa bodoh porsi seberapa pun, yang terpenting mereka dapat merasakan kebersamaan.

6. Mau Mandi Perlu Mengantre

Santri
deweezz.com
Di pesantren, hidup itu berjama’ah. Tapi jangan dikira mandi juga berjama’ah ya! Kalau mandi tetap personal, tapi para santri perlu mengantre untuk mendapatkan giliran mandi. Dalam hal ini dibutuhkan kesadaran dan sabar ya. Kamu yang memakai kamar mandi lebih dulu harus sadar kalau di luar, santri lain mengantre panjang. Bagi santri yang mengantre juga harus sabar menunggunya.
Tapi tetap hati-hati ya, jangan sampai santri yang mengantre di luar habis kesabarannya. Kalau sudah habis, bisa jadi mereka kan menggedor-gedor bahkan bisa sampai mendobrak. Bisa dibayangkan bukan? Kamu lagi merasakan nikmatnya buang hajat, tiba-tiba pintu kamar mandi jebol akibat bentrok antrean di luar. Haha.

7. Panik! Stock Alat Mandi Habis

Santri
deweezz.com
Masih berkaitan dengan mandi. Faktor inilah yang bisa membuat santri panik, yaitu kehabisan alat mandi. Yang santri rasakan saat kehabisan alat mandi itu seperti kehilangan setengah bagian hidupnya, haha.
Akan ada 3 kemungkinan yang dilakukan santri ketika alat mandi habis, yaitu berusaha untuk membeli alat mandi baru, sementara menahan diri untuk tidak mandi, berusaha minta ke teman, mandi tanpa alat mandi, dan mandi dengan memakai alat mandi hasil ghosob.

8. Ganas Saat Ada Makanan Datang

Santri
deweezz.com
Saat momen seperti inilah para predator ganas akan menyerang, jika ada salah seorang teman yang membawa makanan untuk dibagikan. Biasanya para santri predator ini tak mempedulikan aktivitas apa yang dilakukan saat itu, mereka akan langsung lari menuju target dan berusaha menguasai makanan yang dibagikan itu.
Memang seru sekali saat momen seperti ini, suasana sesunyi apa pun akan tiba-tiba akan menjadi heboh karena ini. Biasanya makanan lebih banyak tercecer di lantai karena kericuhan dari pada yang dimakan.

9. Kulit Terserang Penyakit

Santri
deweezz.com
Banyak yang bilang jika belum merasakan penyakit gatal-gatal pada kulit saat di pesantren, berarti belum memenuhi syarat sah menjadi santri. Kini hal itu menjadi sebuah stigma, karena sudah menjadi hal yang wajar seorang santri merasakan penyakit gatal-gatal pada kulit, seperti jamuran, scabies, atau cangkrangan.
Berdasarkan pengalaman saya pribadi, ketika di pesantren kita merasakan gatal-gatal pada selangkangan pojok paha dan karena itu santri memiliki kebiasaan baru , yaitu galer menggaruk bagian vital.

10. Ajang Cuci Mata

Santri
deweezz.com
Ajang cuci mata ini biasa dilakukan oleh santri ikhwan, di mana mereka memanfaatkan momen-momen tertentu untuk menikmati pemandangan indah, yaitu memandangi para santri akhwat. Biasanya hal ini dilakukan pada saat rapat organisasi atau pada acara-acara tertentu, yang di mana santri ikhwan dan akhwat dikumpulkan pada satu tempat.
Setelah memandangi dan menemukan yang indah, mereka akan mencari tahu lebih lanjut mengenai informasi akhwat yang dikagumi. Kemudian selanjutnya akan muncul modus-modus tertentu yang diperjuangkan demi menjadi seorang yang spesial milik akhwat pujaan hatinya. #pengalaman bet dah yang nulis wkwk

11. Pacaran Syar’i dalam Kisah Kasih di Pesantren

Santri
deweezz.com
Apaan tuh pacaran syar’i? Haha. Enggak ada ya sob pacaran syar’i! Di dalam agama Islam pacaran tetap menjadi larangan. Ini merupakan sebuah istilah saja, berdasarkan apa yang santri rasakan. Suka kepada lawan jenis itu wajar, santri juga manusia, jadi boleh-boleh aja.
Kisah kasih di pesantren ini sangat berbeda jauh ya sob dengan kisah kasih di sekolah, walaupun di pesantren juga ada sekolahnya. Kami santri butuh waktu setengah tahun untuk mengenal lebih jauh akhwat yang dikagumi. Gimana enggak setengah tahun? Di pesantren, santri tidak diperbolehkan membawa gadget, satu-satunya cara ya mengirim surat.
Bayangin aja sob, kita ngirim hari ini dan itu melalui perantara, balasan surat itu akan datang satu minggu, dua minggu, atau bahkan bisa satu bulan kemudian. Mending dibalas, kalau akhwatnya cuek mah bisa ampe lulus kita nunggu balasan suratnya. Miris ya, di ambang harapan. Hiks..hiks
Nah kenapa ada istilah pacaran syar’i? Ya karena walaupun berpacaran, asrama memisahkan jarak mereka sob. Jadi ya perlu sedia kertas satu rim demi menjaga keberlangsungan hubungan mereka dalam berkomunikasi. Ada juga beberapa santri yang nekad, mereka  mencuri waktu untuk bertemu, sampai ada yang jalan berdua ke mall. Astaghfirullah banget yaa. Ya enggak apa-apalah buat pengalaman hehe.

12. Sedih Tak Dijenguk

Santri
deweezz.com
Momen menyedihkan ini biasanya berlangsung saat akhir pekan, yaitu hari Minggu. Di mana banyak wali santri yang berdatangan untuk menjenguk putra-putrinya. Di momen seperti itu, bagi mereka yang dijenguk akan melepas rindunya kepada orang tua dan rindu orang tua kepada anaknya.
Tapi di sisi lain, sebagian kecil dari mereka merasakan kesedihan, karena tak dijenguk seperti teman-teman yang lainnya. Biasanya mereka yang sedih ini hanya bisa memandangi teman-temannya yang bahagia karena dijenguk, menghabiskan waktu untuk tidur, ada juga yang meratapi dengan berdiri dibalik jendela.

13. Tanggal Tua! Muka Mendadak Kusut

fakta unik kebiasaan santri
deweezz.com
TANGGAL TUA, tanggal paling mengerikan bagi para santri. Pada tanggal tua ini santri mengalami krisis moneter. Di mana segala persediaan mulai menipis, laci lemari kosong, kantong celana pun bolong, di tambah gaji dari orang tua yang tak kunjung datang. Lebih miris lagi kalau sudah tanggal tua, terus enggak dijenguk. Cuma bisa tarik napas.

14. Ghosob Barang Milik Teman

fakta unik kebiasaan santri
deweezz.com
Ghosob, ada dua kemungkinan yang akan terjadi jika melakukannya, yaitu bisa menjadi dosa dan bisa juga tidak. Pada dasarnya, ghosob itu meminjam barang milik teman tanpa izin. Dan mungkin itu bisa menjadi dosa jika teman kita tidak ikhlas saat mengetahui barangnya dighosob. Namun, bisa juga menjadi tidak, jika saat ingin mengghosob kita yakin bahwa teman kita yang punya barangnya ini akan ikhlas.
Biasanya, barang paling sering dighosob itu sandal dan alat mandi. Paling ngeselin banget, sehabis salat lalu keluar dari masjid mau balik ke asrama, cek sandal eh enggak ada, dan sandal pun tiba-tiba sampai lebih dulu di asrama.

Senioritas Antar Angkatan


Senioritas antar angkatan, hal ini sudah menjadi rahasia umum ya. Jadi tak hanya di sekolah negeri atau formal saja yang ada hal seperti ini, di pesantren kita juga mengalaminya. Biasanya di pesantren, angkatan yang ganjil akan menindas adik angkatan yang genap, misalnya angkatan 1 menindas angkatan 2. Begitu juga sebaliknya, angkatan yang genap akan menindas adik angkatan yang ganjil.
Bentuk penindasan yang biasa dilakukan itu seperti menyuruh adik angkatan untuk mencuci piring, membelikan makanan, bahkan sampai ada yang melakukan kekerasan fisik. Tapi tenang sob, jika kamu tidak berbuat yang aneh-aneh dan menghormati kakak angkatan, pasti mereka juga akan segan.

Jadi itu lah fakta unik mengenai kehidupan di pesantren yang bakal dirindukan setelah kamu lulus. Buat kamu yang belum pernah masuk pesantren, ayo sob rasakan hidup yang berwarna di pesantren. Jangan takut untuk jadi santri. Jadi santri tak akan mengubah diri kamu menjadi monster, tapi kamu akan menemukan jati diri yang lebih baik

bangga jadi anak pondok

Bagi para orangtua yang beragama Islam, banyak di antara mereka yang memilih menyekolahkan anak ke pondok pesantren. Bukan berarti konvensional, banyak juga pondok pesantren modern yang justru lebih unggul dibandingkan sekolah umum.
Memilih masuk pondok pesantren justru memberikan banyak manfaat. Apa saja? Berikut 10 alasan kenapa kamu patut bangga jadi anak pesantren atau kamu perlu menyekolahkan anak ke pondok pesantren kelak.

1. Pondok pesantren tidak hanya mengajarkan kecerdasan intelektual, tapi juga ilmu agama yang bermanfaat untuk kehidupan mendatang.

Ini yang Harus Kamu Banggakan Karena Pernah Jadi Anak Pondok Pesantren!ponpesalfurqon.blogspot.com
Berbeda dengan sekolah umum, siswa di pondok pesantren tidak hanya diajarkan untuk mengejar kecerdasan intelektual (IQ). Pondok pesantren juga menekankan kematangan emosional dan spiritual (EQ & SQ). Selain matang secara logika, siswa di pondok pesantren juga memiliki kecerdasan mengelola emosi dan kebutuhan batin.

2. Tanpa meninggalkan pendidikan internasional, pondok pesantren juga mengajarkan arti penting kearifan lokal.

Ini yang Harus Kamu Banggakan Karena Pernah Jadi Anak Pondok Pesantren!ponpesal-mannan.blogspot.com
Gak hanya memikirkan pendidikan internasional saja, mereka juga merumuskan kurikulum pendidikan lokal untuk merawat kebudayaan sendiri. Pondok pesantren biasanya didirikan dengan memperhatikan konteks budaya masyarakat setempat.

3. Belajar di pesantren juga membuat ikatan kekeluargaan jadi lebih dalam. Rasa empati juga banyak ditempa di sini.

Ini yang Harus Kamu Banggakan Karena Pernah Jadi Anak Pondok Pesantren!ponpesyamam.blogspot.com
Jangan ragu terhadap ikatan kekeluargaan di pondok pesantren. Kehidupan bersama yang dijalani oleh para siswa, membuat mereka terbiasa untuk membangun atmosfer kekeluargaan dan mendidik rasa empati. Hal ini karena hubungan antar individu di pondok pesantren tidak hanya terjadi sewaktu pelajaran, tetapi juga kehidupan sehari-hari.

4. Pondok pesantren menanamkan budaya menghormati guru.

Ini yang Harus Kamu Banggakan Karena Pernah Jadi Anak Pondok Pesantren!riau.go.id
Meskipun semua institusi pendidikan mengajarkan hal serupa, namun pondok pesantren membawanya ke level yang lebih jauh. Guru benar-benar dianggap sebagai orang yang menyampaikan ilmu. Tanpa guru, kehidupan manusia akan tersesat. Dan hanya di pondok pesantren, seorang benar-benar dihormati.

5. Tak dipungkiri, belajar di pondok pesantren membuat anak-anak lebih terfokus untuk belajar.

Ini yang Harus Kamu Banggakan Karena Pernah Jadi Anak Pondok Pesantren!sekolahquran.com
Hal ini karena budaya dalam pondok pesantren yang menjauhi kehidupan duniawi. Alhasil kabar soal tren terbaru sangat jarang sampai di telinga para penghuni pondok. Berita yang mereka juga lebih tersaring. Jadi hanya berita yang memang diperlukan yang akan disampaikan. Karena itu, mereka menjadi terfokus untuk belajar.
Lanjutkan membaca artikel di bawah

6. Dengan hidup di pesantren, anak bisa terbiasa hidup hemat. Gak heran, kerasnya hidup di masa depan jadi lebih gampang dihadapi.

Ini yang Harus Kamu Banggakan Karena Pernah Jadi Anak Pondok Pesantren!almunawwarohmerauke.blogspot.com
Anak pondok pesatren biasanya menghindari hidup foya-foya. Jangankan mau foya-foya, bawa uang berlebihan saja mungkin langsung diambil pengawas pondok. Hidup hemat dan susah pun haru dijalani. Dan istimewanya, saat ada rejeki lebih, anak pondok pesantren akan dipaksa untuk berbagi dengan siswa lain.

7. Kerja keras adalah menu sehari-hari di pondok pesantren. Bukankah ini modal utama untuk menghadapi hidup?

Ini yang Harus Kamu Banggakan Karena Pernah Jadi Anak Pondok Pesantren!ponpes-binainsani.sch.id
Disiplin adalah menu rutin di pondok pesantren. Selain itu aktivitas fisiknya pun berbagai macam; olahraga, kerja bakti, pengabdian sosial dan lain-lain. Jangan bayangkan hidup di pondok pesantren cuma ngaji, sholat, tidur dan makan ya. Acaranya padat!

8. Tempaan mental yang luar biasa membuat anak lebih matang dan jadi pribadi yang kuat.

Ini yang Harus Kamu Banggakan Karena Pernah Jadi Anak Pondok Pesantren!syafiiakromjenggot.wordpress.com
Berpuasa, beribadah, kerja fisik, belajar adalah hal-hal yang dihadapi setiap hari. Konsistensi menghadapi aktivitas tersebut selama bertahun-tahun akan menempa mental menjadi baja. Mereka dipaksa untuk tidak mudah putus asa, tidak gampang galau dan cengeng. Gak heran, biasanya lulusan pondok pesantren punya kapasitas yang lebih besar untuk menjadi pemimpin.

9. Saat bicara tentang Islam, ilmu anak pondok pesantren juga lebih mumpuni dan lebih bisa dipertanggungjawabkan.

Ini yang Harus Kamu Banggakan Karena Pernah Jadi Anak Pondok Pesantren!malhikdua.sch.id
Ilmu agama yang anak-anak pondok pesantren dapatkan lebih bisa dipertanggungjawabkan. Ilmu agama Islam yang mereka dapatkan juga lebih mumpuni.

10. Anak pondok pesantren terbiasa dengan perbedaan yang sangat beragam. Gak ada kata egois dan keras kepala.

Ini yang Harus Kamu Banggakan Karena Pernah Jadi Anak Pondok Pesantren!ponpesaska.blogspot.com
Perbedaan ekonomi, sosial dan budaya melebur atas nama belajar bersama. Anak pondok pesantren akan belajar yang namanya ber-Bhinneka Tunggal Ika!
Nah, apakah kamu salah satu mantan anak pondok pesantren?